Oleh : LINDA CHRISTANTY
Semalam bidadari itu meninggalkan rumah saya. Dia menendang kursi
sebelum membuka pintu depan. Di luar angin kencang sekali. Embusan angin
bercampur kemarahan membuat pintu terbanting dengan keras. Suara pintu itu
terasa seperti tamparan di wajah saya.
Musim dingin sudah datang. Tapi
di kota ini tidak ada salju. Di Eropa, sungai dan laut menjelma daratan es.
Puluhan orang mati kedinginan. Kereta membeku. Bandara membeku. Dua hari lalu televisi
menyiarkan Pangeran Belanda, Johan Frisco, tertimbun longsoran salju waktu main
ski di Austria. Dia masih koma.
Saya dan Bidadari sering
bertengkar, di musim apapun, tentang apapun. Dia sering menampar saya, tapi
saya tidak pernah membalas tamparannya. Sebenarnya saya ingin membalas. Tapi
yang terjadi saya hanya bertahan, tidak melawan.
Dia juga melempari saya dengan
barang-barang, yang kebetulan ada di dekatnya. Botol saus, gelas, piring,
bantal, buku, jambangan bunga, lampu meja, sepatu, kursi ... Dia juga suka
mencakar. Bidadari seharusnya tidak mencakar dan tidak punya cakar. Tapi dia
mencakar. Memang bidadari yang langka. Sekarang saya bisa tersenyum
membicarakannya. Tapi di saat kejadian, dunia ini seperti teraduk-aduk,
berantakan sekali. Benda-benda bertaburan di sana dan di sini, seperti
telur-telur ayam pecah.
Di dinding rumah saya dulu ada
lukisan pastel yang bagus. Abstrak. Komposisi warnanya hitam dan putih. Lukisan
itu saya beli dari pelukisnya langsung, tetangga saya sendiri. Rumahnya merangkap
galeri. Pengunjung mondar-mandir dalam rumah itu. Kami bisa melihat botol-botol
selai di meja makan atau piring-piring bekas sarapan yang bertumpuk di bak
cucian di dapurnya, atau melewati kamar tidur si pelukis atau kamar tidur
anak-anaknya yang terbuka.
Lukisan itu sekarang penuh bercak merah saus tomat, berada di
gudang. Saya suka sekali lukisan itu. Saya kecewa, tapi bidadari tidak minta
maaf.
Kuku-kukunya panjang. Goresannya
membuat wajah saya terasa perih. Dia juga pernah meninju mata saya, sehingga
saya seperti melihat ada benang-benang hitam kait-mengait, bergumpal-gumpal,
melayang-layang di udara sesudahnya, selama beberapa hari. Saya pergi ke kantor
dengan mata kiri diperban untuk menyembunyikan bekas ulahnya. Sewaktu rekan
kerja saya memandang heran dan ada yang bertanya, “Kenapa mata kamu, Jack?”,
saya menjawab bahwa mata saya dicium bola basket waktu saya main basket. Ciuman
panas. Mereka tertawa.
Saya tidak melaporkan kejadian
ini kepada polisi. Bidadari bisa masuk penjara kalau saya melapor.
Di lain waktu, saya bertahan
dengan melindungi wajah saya dari serangannya dengan kedua tangan saya ini,
tapi dia justru makin kalap. Kalau saya diam atau bertahan, dia tambah kalap.
Kalau saya belum luka atau lebam, dia belum berhenti.
Di hari yang membuat penampilan
saya sangat buruk dan perasaan saya lebih kacau dibanding kejadian sebelumnya,
saya memutuskan tidak datang ke kantor. Saya seharian di ruimah dan kalau
bosan, di sore hari saya mampir ke rumah sahabat saya, Tom. Ketika saya katakan
bahwa saya seharian di rumah, dia langsung tahu apa yang terrjadi.
Kadang-kadang Tom bekerja sampai malam. Saya akan pergi ke rumahnya setelah jam
makan malam, kemudian kami ngobrol sampai larut.
Setelah bertengkar hebat ,
Bidadari akan mengangkuti semua barangnya ke mobil, membanting pintu depan dan
pergi dari rumah saya, seolah-olah dia tidak akan kembali lagi. Setiap selesai
bertengkar dengannya, saya benci sekali pada dia, sangat benci. Andaikata
mobilnya terguling di jalan dan meledak, saya lebih senang. Artinya hubungan
kami benar-benar selesai. Tapi beberapa hari kemudian dia akan menghubungi saya
dan saya menerimanya lagi. Dia membawa barang-barangnya lagi ke rumah, lalu
menata semuanya di tempat semula, seperti pegawai museum memajang kembali
koleksi yang sempat dicuri.
Rumah Tom hanya 10 menit bermobil
dari rumah saya. Dia berkali-kali meminta saya tidak lagi berhubungan dengan
Bidadari. Kata Tom, sebenarnya Iblis adalah nama yang lebih sesuai untuk
pasangan saya. Dia mengkhawatirkan keselamatan saya. Tapi saya tidak tahu cara
yang tepat untuk menjauhi Bidadari. Dengan cara seperti menjauhi rokok, Tom
memberi usul. Orang yang berhenti merokok kurang dari setengah tahun biasanya
masih gampang tergoda untuk kembali merokok dan akan mencandu lebih parah. Orang
bisa disebut bebas dari rokok setelah setahun tidak mengisapnya sama sekali.
Setelah satu tahun itu berlalu, kamu bahkan tidak berselera lagi melihat rokok,
tidak tertarik mencoba sedikit pun.
Saya tidak tahu darimana Tom
memperoleh teori semacam itu. Saya dan Bidadari paling lama tidak saling
menyapa hanya satu minggu.
Kadang-kadang saya membawa
Garcia, anjing kecil saya, ke rumah Tom. Garcia senang berada di luar rumah.
Dia paling suka taman. Dia selalu menunggu saya pulang dari kantor untuk
mengajaknya berjalan-jalan sebentar di halaman belakang atau ke taman dekat
rumah. Sekarang dia sengaja saya kunci dalam kamar di lantai atas. Pagi ini
saya tidak ingin dia berkeliaran di lantai bawah.
Kalau saya dan Bidadari
bertengkar di akhir pekan dan itu berkali-kali terjadi, saya memutuskan tidak
menjemput putri saya Anna, untuk
menginap di rumah. Saya tidak ingin anak saya melihat ayahnya dalam keadaan
berantakan. Anak saya harus mengenang saya sebagai ayah yang menyenangkan,
membuatnya tenang dan gembira, bukan membuatnya khawatir dan sedih.
Setelah itu saya akan menelpon
Sue dan mengatakan bahwa saya sangat sibuk. Saya akan minta tolong kepadanya
untuk membiarkan putri kami tinggal dengannya di akhir pekan itu. Seringkali
Sue kesal pada saya dan wajar saja dia kesal, karena dia sudah ada janji dengan
teman. Dia ingin saya yang menghabiskan waktu akhir pekan dengan Anna, karena
akhir pekan adalah giliran saya bersama putri kami. Sue tidak pernah bercerita
tentang pacarnya. Saya pikir, dia memang tidak punya pacar. Tapi saya
sebetulnya tidak peduli dia punya pacar atau tidak. Sue juga tidak peduli pada
saya. Sudah lama dia tidak peduli, sebelum kami akhirnya berpisah.
Botol-botol minuman memenuhi tong
sampah di dapur. Bir, Vodka, Tequilla ..... Bidadari suka minum dan mabuk. Dulu
saya jarang minum, tapi sejak saya berhubungan dengannya saya minum makin
banyak.
Umur saya 50 tahun. Putri saya,
Anna, masih belajar di sekolah menengah atas. Sejak saya dan Sue berpisah tiga
tahun lalu, putri kami harus membagi waktu untuk tinggal di dua rumah. Di hari
Sabtu dan Minggu, Anna menginap di rumah
saya. Senin sampai Jumat, dia tinggal bersama ibunya.
Saya kesepian dan karena itu,
saya memelihara Garcia. Sebelum bidadari datang, saya sudah memelihara Garcia.
Anna menyukai Garcia. Anjing saya mudah akrab dengan orang, sehingga siapa saja
yang berkenalan dengannya langsung suka. Tom sebenarnya tidak suka anjing, tapi
dia suka Garcia.
Kadang-kadang saya mengajak Anna
ke rumah Tom. Dulu saya dan Tom bertetangga. Rumah kami bersebelahan waktu saya
baru menikah dengan Sue. Persahabatan kami ternyata langgeng, hampir 20 tahun.
Tom berpisah dari Lizzy waktu anak mereka, Ricky, berumur delapan tahun. Lizzy
menikahi pacarnya sebulan kemudian sesudah mereka bercerai. Tom sempat jadi peminum
berat. Dia hancur-hancuran selama setengah tahun.
Lizzy kehilangan selera
terhadapnya. Tom terlalu suka bahaya. Dia pernah terancam hukuman mati dua
kali, disandera pemberontak satu kali dan kena tembak tiga kali.
Keuangan saya cukup kacau,
setelah Bidadari hadir dalam hidup saya. Tapi saya memang bukan orang pelit.
Teman-teman saya menganggap Bidadari hanya mengincar uang saya saja. Saya punya
karier yang baik dan pemasukan yang lumayan. Saya merintis karier saya di
kantor pemerintah kota. Bidadari kerja dei sebuah klab malam. Gajinya tidak
banyak.
Kami sudah berhubungan selama dua
tahun. Di tahun kedua kami berhubungan, dia pindah ke rumah saya. Sebab saya
membutuhkan teman.
Sejak Bidadari tinggal di rumah,
saya jarang mengundang teman-teman saya untuk makan malam di rumah atau mampir
di akhir pekan. Bidadari merasa tidak nyaman dengan kehadiran teman-teman saya.
Dia merasa mereka mengejeknya di belakang punggungnya. Dia merasa dikucilkan
tiap kali kami berkumpul. Itu tidak benar. Tom, meski kesal, justru paling
ramah pada Bidadari. Dia senang membantunya menyiapkan makanan. Bidadari jauh
lebih muda dari saya. Umurnya baru 30-an. Cantik? Bagi saya, dia menarik. Tapi
dia memang tidak pernah keluar rumah tanpa riasan. Lagipula dia bekerja di
tempat yang mengharuskannya berpenampilan begitu. Secara fisik, dia laki-laki,
sama seperti saya. Tapi dia merasa perempuan.
Sebenarnya orang-orang di kota
ini ramah, bahkan kepada orang asing seperti kamu. Tidak seharusnya saya
kesepian. Saya juga punya teman-teman baik. Tom sering menemani saya sarapan
pagi di kedai kopi kesukaan kami atau menemui saya di jam makan siang, tapi
bagaimanapun dia punya kehidupan sendiri.
Kedai kopi favorit saya dan Tom,
itu asyik sekali. Kedai Mexico. Makanan
di sana murah. Saya dan Tom biasa memesan kopi, roti, dan tortilla isi telur
dan keju. Tidak sampai enam dollar.
Hari ini saya sengaja tidak
sarapan di kedai kopi yang sama. Aneh rasanya Tom tidak akan sarapan lagi
bersama saya di sana. Dua minggu lalu dia meninggal di Suriah, karena bom
meledak. Dia sedang mewawancarai orang waktu itu.
Di kedai ini makanan juga enak.
Saya pernah makan di sini satu kali, dengan Tom dan anaknya, Ricky. Kalau Ricky
lebih suka kedai kopi yang ini. Dia menawari saya untuk memesan eggs benedict
waktu itu. Sekarang saya memesan eggs benedict lagi. Ricky anak yang baik dan
perasa. Dia juga pintar masak. Saya suka beef brisket buatannya. Dia pasti
sangat kehilangan ayahnya. Saya ingin panjang umur untuk putri saya, Anna.
Besok saya ada janji dengan Ricky untuk menemaninya di rumah. Saya benar-benar
berantakan. Tapi saya harus menemaninya.
Apakah blueberry pancake kamu
enak? Tidak terlalu manis? Saya tidak suka makanan manis. Kalau sudah berumur
seperti saya,. Sebaiknya kamu mengurangi makanan yang manis-manis. Kamu sering
sarapan di sini? Kamu beruntung kuliah di kota ini. Orang-orangnya ramah pada
orang asing. Terhadap orang-orang Asia, tidak ada masalah. Tapi orang hitam dan
Hispanik mengalami diskriminasi. Mereka dianggap sering membuat masalah. Kemiskinan
dan kejahatan sering dalam satu paket. Tapi siapa yang tidak mudah naik pitam,
kalau lapar? Saya tidak bisa berpikir di saat lapar. Eggs benedict ini porsinya
terlalu besar. Dua telur. Kolesterol saya bisa naik. Kamu mau satu? Dulu saya
mengira Bali itu satu negara tersendiri. Ternyata itu bagian dari Indonesia
juga ya? Mudah-mudahan saya bisa ke sana.
Saya tahu wajah saya berantakan
sekali. Mata saya bengkak? Saya hanya tidur dua jam tadi malam, kemudian tidak
tidur lagi sampai pagi. Hari ini saya tidak akan masuk kantor.
Saya benar-benar pusing.
Menurut kamu, apa yang harus saya
lakukan kalau kejadiannya seperti ini.
Semalam, setelah Bidadari pergi,
saya sempat tertidur dua jam. Tiba-tiba telepon seluler saya berbunyi keras.
Bidadari datang lagi. Dia sudah di pintu depan, dia mengatakannya dengan nada
datar. Saya pikir, ada barang yang
ketinggalan. Dia minta saya segera membuka pintu. Saya turun ke lantai bawah,
membuka pintu. Dia langsung menerobos masuk, lalu menodongkan pistol ke arah
saya.
Wajah Anna terbayang. Saya tidak
mau mati. Saya membujuk Bidadari untuk meletakkan pistol di meja, lalu kami
bicara. Dia tidak mau. Dia menarik pelatuk, membidik ke arah saya. Meleset.
Kena dinding. Pistolnya berperedam. Dia berancang-ancang untuk menembak lagi.
Saya secepat kilat melempar jambangan perunggu ke arahnya. Dia terjatuh.
Kepalanya menghantam meja marmer. Dia pingsan. Saya tidak berpikir panjang
lagi, langsung mengikat kaki dan tangannya. Mulutnya saya sumpal dengan
beberapa serbet. Dia sekarang di rumah, di ruang tamu. Pistolnya saya masukkan
ke dalam kantong plastik yang biasa dipakai untuk menyimpan makanan di kulkas.
Setelah itu saya mengendarai mobil keliling kota, sampai pagi, sampai kedai
kopi ini buka.
Saya akan menelpon polisi sesudah
sarapan. Nama saya, Jack. Kamu? Rati? Rati-h?
Di bioskop, film Almodovar yang baru sedang diputar. Kamu mau menonton nanti malam? Ajak teman-teman kamu juga. Saya traktir. Huuuhh.... Udara di luar dingin sekali.
(Sumber : Kompas)